OPINI-Kepergian Ketua PCNU Pamekasan, KH. Taufik Hasyim tentu menjadi duka yang sangat mendalam bagi masyarakat terutama kalangan Nahdliyin, bagaimana tidak, ulama muda yang akrab disapa Kiai Taufik itu wafat usai mengalami kecelakaan di Tol Pasuruan Probolinggo. Sabtu 14 Juni 2025. Pukul 02.00 wib.
Sebelum wafat, Kiai Taufik di Pamekasan sempat menghadiri dan memberikan sambutan pada kegiatan pelantikan Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) se-kabupaten Pamekasan di pendopo Ronggosukowati.
Semasa hidupnya, Kiai Taufik dikenal dengan sosok Ulama yang kharismatik, akademisi yang humble, sederhana, murah senyum, tak ada jarak dengan siapapun. Tak heran, jika beliau diterima di semua kalangan masyarakat.
Kiprah Kiai Taufik sendiri, tidak lepas dari dunia pesantren, akademik dan Nahdlatul Ulama (NU) yang kesemuanya di jalankan secara tuntas.
Sebagai salah satu pimpinan pesantren di Pamekasan, tepatnya di Pondok Pesantren Bustanul Ulum Sumber Anom Palengaan, Pamekasan, Kiai Taufik mampu membawa pesantrennya maju dan berkembang pesat. Hal itu, terlihat dari banyaknya santri yang semakin membludak tiap tahunnya. Begitu pula, Pendidikan formal dan non formalnya semakin maju, termasuk gedung pesantren & sekolah.
Meski padat agenda, Kiai Taufik tetap tidak meninggalkan kewajiban keseharianya dalam memberikan pengajaran kepada santri melalui agenda rutinitas pengajiannya.
Tidak hanya mengurusi pesantren di Pamekasan, Kiai Taufik juga merawat pondok Pesantren Miftahul Ulum Kaligalagah Jember, pesantren milik mertuanya, KH. Shofi Sholeh. Pesantren ini harus dirawat setelah mertua dari Kiai Taufik meninggal dunia.
Di Jember, kepemimpinan Kiai Taufik sangat dibutuhkan untuk mengelola pesantren ini. Tiap minggu, aktivitas Kiai Taufik harus bolak balik Pamekasan-Jember. Tentu, ini bukan sesuatu hal yang mudah, sebab menguras banyak waktu & energi, tapi bagi Kiai Taufik, ini sebuah amanah yang harus dirawat dan dijalankan secara totalitas demi kemajuan dua pesantren.
Selain fokus pada pesantren, Kiai Taufik juga dikenal dengan sosok akademisi yang ulet dan telaten. Di bidang akademisi, ia mengabdikan diri sebagai Rektor di Institut Agama Islam Miftahul Ulum (IAIMU) Pamekasan. Perguruan tinggi yang berada dibawah pondok pesantren Miftahul Ulum Panyeppen. Kiai Taufik sendiri, sosok yang kehidupannya sangat melekat dengan ilmu pengetahuan. Baru-baru ini, Kiai Taufik berhasil meraih gelar Doktor di salah satu kampus NU ternama di Malang. Ini menunjukkan bahwa Kiai Taufik mampu menyeimbangkan antara dunia pesantren & akademisi, serta menunjukkan kepada masyarakat, bahwa sesibuk apapun kondisinya, pendidikan tetap yang utama.
Beliau juga aktif sebagai penulis baik di media cetak maupun online sebagai usaha menjawab segala ombang ambing permasalahan masyarakat. karya bukunya yang cukup fenomenal berjudul “Ber-Islam, Ber-NU, Ber-NKRI”. Buku yang mengajak untuk spirit berislam, berjam’iyah dan berkebangsaan dengan tepat dan benar.
Tokoh muda yang berkharismatik ini juga menghabiskan masa hidupnya untuk mengabdikan diri kepada NU terutama di Pamekasan. Tercatat, kiprahnya sebagai ketua PCNU Pamekasan dua periode. Artinya, kepemimpinan Kiai Taufik mampu menjadi angin segar bagi Nahdliyin di Pamekasan. Atas dedikasinya, NU di Pamekasan semakin hidup, lebih dinamis, rapi, solid dan mandiri baik tingkatan cabang hingga ke akar ranting. Seperti halnya, bisa kita lihat di sektor perekonomian, bagaimana air mineral dalam kemasan merk “NUSAQU” yang hingga saat ini masih eksis di tengah-tengah masyarakat, serta banyak sekali gebrakan yang Kiai Taufik buat agar NU di Pamekasan tetap eksis baik bidang pendidikan, sosial dan keagamaan terutama dalam membasmi gerakan faham wahabi, HTI dan organisasi terlarang yang ada di bumi gerbang salam.
Terakhir, Kiai Taufik mampu merangkul & tidak menutup mata pada pemuda. Seringkali menjadikan cofe sebagai tempat untuk tukar inspirasi & kajian. Bagi kiai Taufik, pemuda harus dibimbing sesuai zamanya dengan tetap berpegang teguh pada norma. Tak hayal jika kiai Taufik bukan cuma digemari para santri, tapi para pemuda, aktifis, dosen dan para ulama di Pamekasan.
Kini, ulama’ penggerak NU Pamekasan yang dikenal tanpa lelah itu sudah pulang. Selamat jalan Kiai Taufik, semoga segala amal kebaikannya diterima oleh Allah dan kiprahnya menjadi amal yang terus mengalir.
Penulis, Ach. Syarofi, Dosen STAIFA Pamekasan.
Tulisan opini ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis dan tidak termasuk tanggung jawab redaksi Koran Times.
Rubrik opini di koran Times terbuka untuk umum. Panjang tulisan maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata.
Harap sertakan riwayat hidup singkat, foto diri, dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
Kirimkan tulisan ke email: timeskoran@gmail.com