TANGGERANG, KORAN TIMES – Stigma terhadap penyintas kusta masih menjadi tantangan besar dalam upaya pemberantasan penyakit ini. Untuk mengubah persepsi masyarakat dan mendukung para penyintas, komunitas RALEPRA (Ruang Peduli Lepra Indonesia) bekerja sama dengan RSUP dr. Sitanala menggelar sosialisasi dan aksi sosial dalam rangka World Leprosy Day 2025.
Acara yang berlangsung pada Februari 2025 di RSUP dr. Sitanala, Tangerang, ini bertujuan untuk memberikan edukasi, mendorong perawatan yang optimal, serta menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi penyintas kusta.
Dalam kegiatan ini, tim RALEPRA menyampaikan edukasi mengenai pentingnya deteksi dini, pengobatan berkelanjutan, dan perawatan diri bagi penderita kusta.
Selain itu, dua dokter spesialis dermatologi dan venereologi, dr. Eka Komarasari, Sp.DVE, dan dr. Prima Kartika Esti, Sp.DVE, M.Epid, turut memberikan wawasan medis serta menekankan bahwa dukungan sosial memiliki peran besar dalam proses penyembuhan pasien.
Founder RALEPRA sekaligus Ketua Pelaksana World Leprosy Day 2025 di RSUP dr. Sitanala, dr. Fadhila Septiani, menegaskan bahwa salah satu kunci utama dalam pemberantasan kusta adalah menghilangkan stigma yang masih melekat di masyarakat.
“Banyak pasien merasa takut dan enggan berobat karena stigma yang ada. Padahal, kusta bisa disembuhkan dengan pengobatan yang tepat. Melalui acara ini, kami ingin membantu penyintas mendapatkan kepercayaan diri untuk menjalani pengobatan tanpa rasa malu atau takut,” ujar dr. Fadhila.
Sebagai bagian dari upaya membangun dukungan sosial, RALEPRA memperkenalkan Support Group, sebuah komunitas bagi penyintas kusta untuk berbagi pengalaman dan saling memberi motivasi.
Langkah ini diharapkan dapat membantu mereka menghadapi tantangan sosial dan emosional selama masa pemulihan.
Selain itu, peserta dikenalkan dengan aplikasi KUESTA, sebuah platform inovatif yang dikembangkan oleh Dr. dr. Dhelya Widasmara, Sp.DVE, Subsp. DT, MMRS, FINSDV, FAADV dan timnya.
Dalam pemaparannya, dr. Ghea Aprillia menjelaskan bagaimana aplikasi ini dapat mempermudah pasien dalam mengenali gejala kusta lebih awal dan mendapatkan akses informasi medis dengan lebih cepat.
Suasana haru sempat menyelimuti acara ini ketika ditampilkan video inspiratif tentang perjalanan para penyintas dalam menghadapi tantangan hidup. Kisah mereka yang penuh perjuangan berhasil menyentuh hati banyak peserta, bahkan beberapa di antaranya tak kuasa menahan air mata.
Sebagai bentuk kepedulian, RALEPRA dan RSUP dr. Sitanala membagikan goodie bag serta bunga mawar ungu kepada para penyintas dan keluarganya. Warna ungu dipilih sebagai simbol solidaritas dan harapan, menandakan bahwa mereka tidak sendiri dalam menghadapi tantangan ini.
Acara ini juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk PT. Galenium Pharmasia serta A Clean Antiseptic & Disinfectant, yang turut berkontribusi dalam penyediaan produk kesehatan bagi peserta.
Dengan adanya sosialisasi ini, RALEPRA dan RSUP dr. Sitanala berharap semakin banyak masyarakat yang memahami bahwa kusta bukanlah penyakit yang harus ditakuti, melainkan bisa diobati.
Lebih dari itu, mereka ingin menanamkan kesadaran bahwa setiap penyintas berhak mendapatkan perlakuan yang setara tanpa diskriminasi.
“Kami ingin membangun kesadaran bahwa penyintas kusta tetap bisa menjalani hidup yang berkualitas tanpa harus dibayangi stigma,” tutup dr. Fadhila Septiani.