BANTEN, KORAN TIMES – Ketahanan pangan telah lama menjadi isu strategis bagi Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa. Meski produksi pangan mengalami kemajuan, ketahanan pangan yang menyeluruh masih menjadi tantangan besar, terutama terkait keterjangkauan pangan. Pilar penting ini tidak hanya mencakup ketersediaan fisik pangan, tetapi juga kemampuan masyarakat untuk membeli makanan yang cukup, aman, dan bergizi.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa keterjangkauan pangan masih menjadi masalah serius. Fluktuasi harga pangan sering kali membuat kelompok masyarakat berpenghasilan rendah kesulitan mengakses makanan berkualitas. Berita tentang lonjakan harga beras, cabai, atau protein hewani menggambarkan bahwa akses terhadap pangan di Indonesia masih terhambat oleh ketimpangan sosial dan masalah ekonomi.

Tantangan Utama Keterjangkauan Pangan di Indonesia

Indonesia menghadapi sejumlah tantangan yang memperburuk keterjangkauan pangan. Pertama, ketimpangan ekonomi yang tinggi membatasi akses masyarakat miskin terhadap pangan berkualitas. Kedua, perbedaan harga antar wilayah disebabkan oleh distribusi pangan yang buruk, terutama di daerah terpencil. Ketiga, ketergantungan pada impor membuat harga pangan domestik terpengaruh oleh fluktuasi ekonomi global. Keempat, rantai pasokan pangan yang panjang dan penuh perantara menyebabkan lonjakan harga dari produsen hingga konsumen. Terakhir, perubahan iklim yang tidak menentu dan kebijakan pangan yang tidak konsisten memperburuk situasi ini.

Solusi Keterjangkauan Pangan untuk Revolusi Ketahanan Pangan

READ  Penerapan Pendidikan Inklusif di Sekolah

Memperkuat Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT): Program seperti BPNT perlu diperluas dan disempurnakan untuk memastikan akses pangan bagi kelompok rentan. Program ini harus mencakup bahan pangan bergizi untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat.

Stabilisasi Harga Pangan: Pemerintah harus menerapkan kebijakan pengendalian harga yang efektif, dengan mempertimbangkan keseimbangan antara kepentingan produsen dan konsumen. Pengelolaan stok pangan nasional yang efisien dan operasi pasar yang terarah dapat membantu menjaga stabilitas harga.

Pengembangan Infrastruktur: Investasi dalam infrastruktur logistik dan transportasi penting untuk memperbaiki distribusi pangan dan mengurangi kesenjangan harga antar daerah. Infrastruktur yang memadai akan memperbaiki akses ke daerah-daerah terpencil.

Diversifikasi Pangan: Ketergantungan pada beras sebagai makanan pokok harus dikurangi melalui promosi pangan lokal dan keragaman pangan. Pemerintah perlu mendukung program edukasi dan undang-undang yang mempromosikan konsumsi makanan lokal.

Kolaborasi Global: Indonesia perlu memperkuat kolaborasi internasional di bidang ketahanan pangan. Hal ini bisa dilakukan dengan berpartisipasi aktif di forum global serta menjalin aliansi strategis dengan negara-negara penghasil pangan utama.

Kesimpulan

Keterjangkauan pangan merupakan elemen kunci dalam mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan di Indonesia. Untuk mencapai hal ini, kita membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Dengan menjadikan keterjangkauan pangan sebagai prioritas utama, Indonesia dapat meletakkan fondasi yang kokoh untuk masa depan ketahanan pangan yang adil dan berkelanjutan. Mari bersama-sama membuka pintu menuju revolusi ketahanan pangan Indonesia, di mana setiap warga negara memiliki akses yang mudah terhadap makanan sehat dan bergizi.

READ  Penerapan Entrepreneurship di Universitas Ciputra – International Business Management

 

 

***

*) Ditulis oleh Yabet Josua Simamora, Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten.

*) Tulisan opini ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis dan tidak termasuk tanggung jawab redaksi Koran Times.

*) Rubrik opini di koran Times terbuka untuk umum. Panjang tulisan maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata.

*) Harap sertakan riwayat hidup singkat, foto diri, dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Kirimkan tulisan ke email: timeskoran@gmail.com.

*) Redaksi berhak untuk tidak menayangkan opini yang dikirimkan.

Print Friendly, PDF & Email