JEMBER, KORAN TIMES – Kasus perundungan di kalangan siswa semakin marak dan menjadi perhatian serius bagi dunia pendidikan. Para siswa di berbagai jenjang pendidikan sering kali menjadi korban perundungan, baik secara fisik maupun psikologis, yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pengaruh lingkungan dan dampak negatif globalisasi.

Situasi ini menimbulkan tantangan besar bagi para tenaga pengajar yang diharapkan dapat memantau perilaku siswa secara menyeluruh, meskipun terbatas oleh waktu dan sumber daya.

Menanggapi situasi ini, Politeknik Negeri Jember bekerja sama dengan Kyungpook National University (KNU), Korea Selatan, merancang program pengabdian masyarakat yang bertujuan mengatasi perundungan di sekolah melalui pendekatan yang inovatif.

Program ini diluncurkan pada 9 Agustus 2024, dengan menggabungkan teknologi pengawasan modern dan pendidikan seni sebagai sarana untuk mencegah terjadinya perundungan.

Program ini dipimpin oleh Wahyu Kurnia Dewanto, selaku Ketua Pengabdian Masyarakat dari Politeknik Negeri Jember. Menurut Wahyu, kolaborasi ini tidak hanya berfokus pada upaya pengawasan siswa melalui pemasangan teknologi CCTV di sekolah-sekolah, tetapi juga melibatkan pendidikan seni kreatif sebagai bagian integral dari pendekatan ini.

“Kami percaya bahwa seni bisa menjadi media yang efektif untuk menyalurkan energi siswa ke arah yang lebih positif dan kreatif. Dengan demikian, siswa dapat lebih terlibat dalam kegiatan yang produktif, yang pada gilirannya mengurangi risiko mereka terlibat dalam tindakan perundungan,” jelas Wahyu.

READ  Presiden Jokowi Resmikan Pembangunan Sarana Pendidikan

Selama program ini berjalan, mahasiswa dan dosen dari KNU juga berperan aktif dalam proses pengajaran seni di sekolah-sekolah. Mereka mengajarkan berbagai jenis seni, seperti melukis, musik, dan teater, yang dirancang untuk meningkatkan keterlibatan emosional siswa dan mengembangkan keterampilan sosial mereka.

Pendekatan holistik ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan sosial di antara siswa dan menciptakan suasana yang lebih harmonis di lingkungan sekolah.

Tak hanya itu, teknologi CCTV yang digunakan juga berfungsi sebagai alat pengawasan untuk memantau perilaku siswa secara real-time.

Dengan pemasangan CCTV di area-area strategis sekolah, guru dan staf sekolah dapat lebih mudah mengidentifikasi potensi perilaku perundungan sebelum berkembang menjadi masalah yang lebih serius.

“Pengawasan yang lebih baik berarti pencegahan yang lebih efektif. Namun, pengawasan saja tidak cukup. Kami juga ingin siswa merasa didukung secara emosional melalui seni, sehingga mereka tidak hanya diawasi, tetapi juga diberi kesempatan untuk berkembang secara positif,” tambah Wahyu.

Hasil dari program ini menunjukkan bahwa penggabungan antara teknologi dan seni dapat memberikan dampak positif yang signifikan.

Berdasarkan data yang dikumpulkan selama program berjalan, insiden perundungan di sekolah-sekolah yang terlibat dalam program ini menurun secara drastis.

Para siswa yang sebelumnya sering terlibat dalam perilaku perundungan menunjukkan perubahan sikap yang lebih baik setelah terlibat dalam berbagai kegiatan seni yang diselenggarakan.

READ  Paparkan Potret Petani Perempuan, Tim Riset UNAIR Ungkap Pentingnya Pemberdayaan Perempuan di Sektor Pertanian Kabupaten Lahat

Keberhasilan program ini menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain di Indonesia yang ingin menerapkan pendekatan serupa.

Wahyu dan timnya berharap bahwa kolaborasi antara teknologi dan seni ini dapat diadopsi oleh lebih banyak sekolah di masa mendatang, sehingga kasus perundungan di kalangan siswa dapat diminimalisir secara signifikan.

Dengan kombinasi pendekatan inovatif ini, Politeknik Negeri Jember dan Kyungpook National University berharap dapat menciptakan lingkungan sekolah yang tidak hanya aman secara fisik, tetapi juga mendukung perkembangan sosial dan emosional siswa, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi individu yang lebih baik dan mampu berkontribusi positif dalam masyarakat.

 

Pewarta: Imam
Editor: Rofiq

Print Friendly, PDF & Email