SUMENEP, KORAN TIMES,Majelis Pemuda Revolusi Madura Raya (MPR MR) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Sumenep, pada Sabtu, 9 Desember 2023.
Kegiatan yang mengusung tema “Petani Millenial, Petani Harapan” itu diselenggarakan di Blankon Coffee, Pajagalan, Sumenep. Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Kepala DKPP Kabupaten Sumenep, Arif Firmanto beserta jajarannya, mahasiswa serta aktivis MPR Madura Raya.
Mengawali penyampaiannya, Arif Firmanto yang bertindak sebagai pembicara turut memberikan apresiasi luar biasa kepada MPR Madura Raya atas kegiatan yang diselenggarakan.
“Kami mengapresiasi setinggi-tingginya kepada MPR Madura Raya karena dapat menyelenggarakan kegiatan luar biasa. Melalui forum ini, kami (DKPP) dapat leluasa berdiskusi tentang dunia pertanian kaitannya dengan kaum milenial,” ucapnya.
Tidak hanya itu saja, Arif, sapaan akrabnya, juga merasa bangga bisa hadir di tengah-tengah aktivis MPR Madura Raya yang dominan diisi kaum milenial.
“Saya bangga bisa berada di tengah-tengah rekan-rekan MPR Madura Raya. Ini menunjukkan kepedulian dan semangat untuk bagaimana program-program pembangunan khususnya di bidang pertanian di-support oleh kaum milenial,” ucapnya.
Arif mengungkapkan, peran pemerintah dalam merangkul kaum milenial tidak bisa langsung menentukan, tetapi lebih efisien bila menyesuaikan dengan keinginan atau minatnya. Bahkan, peran penyuluh sekalipun, tidak bisa kemudian menggiring kaum milenial ke titik tertentu.
“Namun, melalui forum diskusi seperti ini, pemerintah dapat dengan mudah mendulang potensi serta arah keinginan kaum milenial, karena pemerintah itu sifatnya memfasilitasi,” ujarnya.
Melanjutkan penyampaian, Kadis yang subur prestasi itu menjelaskan kategori kaum milenial. Menurutnya, milenial itu adalah generasi yang lahir pada 1981-1996 atau saat ini berusia 24-39 tahun.
“Sehingga di usia tersebut adalah usia yang produktif dan potensial bagi kaum milenial untuk bisa memahami bahkan terlibat langsung sebagai praktisi di dunia pertanian,” jelasnya.
Apalagi, kaum milenial tumbuh di dunia yang telah mahir menggunakan media sosial, sehingga otomatis mereka sangat mahir dalam teknologi. “Karena apabila petani itu gaptek maka yang jelas akan ketinggalan informasi,” jelasnya lagi.
Ia mencontohkan, ketika mau menanam, berbudi daya yang kaitannya dengan usaha tani memang harus melihat pangsa pasar terlebih dahulu.
“Lagi-lagi yang kita lihat adalah dari segi ekonomi, ketika kebutuhan itu banyak dan barang tidak ada maka dapat dipastikan harga mahal. Namun, ketika barang itu banyak dan kebutuhan sedikit pasti harga murah,” katanya.
Oleh karena itu, kaum milenial yang punya jejaring dan bisa menggunakan medsos atau sarana informasi digitalisasi bisa memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengakses informasi.
Menurut data BPS yang ditunjukkan, hingga saat ini jumlah petani kita masih didominasi oleh petani senior yang rentang usianya 45-64 tahun bahkan ke atas. Tentu, kita harapkan bisa ada perubahan kepada yang milenial.
Kadis yang baru didapuk sebagai pejabat terpopuler pada kegiatan Madura Award sebagai perangkat daerah berprestasi itu berharap, semoga jumlah ketertarikan pemuda untuk bergerak di bidang pertanian dan menjadi petani semakin meningkat di masa yang akan datang.
Pewarta: Hamidi
Editor : Hasbullah