SAMPANG , KORAN TIMES – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sampang, Madura mencatat 62 Desa di wilayah itu mengalami kekeringan secara kritis.
Kekeringan yang menerpa 62 desa itu tersebar secara merata di 10 Kecamatan di Kabupaten Sampang. Bahkan hanya tercatat 4 kecamatan yang belum terdampak kekeringan dan krisis air bersih.
“Memang untuk sementara ini hanya tercatat empat kecamatan yang tergolong belum terdampak kekeringan dan krisis air bersih,” kata Plt Kepala BPBD Sampang, Fajar Arif Taufikurrahman, kepada Koran TIMES, Rabu (1/11/2023).
Adapun empat kecamatan yang belum terdampak kekeringan dan krisis air bersih kata Fajar, yakni Kecamatan Camplong, Omben, Ketapang dan juga Jrengik. Sementara 10 kecamatan lainnya sudah mengalami kekeringan dan krisis air bersih sejak bulan Agustus lalu.
“Sejauh ini yang kami lakukan adalah melakukan droping air bersih ke desa desa yang sesuai SK dinyatakan sebagai desa terdampak kekeringan dan krisis air bersih,” timpalnya.
Sementara ini tutur Fajar, droping air bersih ke desa terdampak belum bisa dilanjutkan kembali. Masalahnya anggaran di instansinya sudah habis.
“Sementara droping air bersih ini kita tanggungkan. Nanti setelah di sahkan di Perubahan APBD 2023 baru kita lakukan lagi,”.
Ia berharap perubahan APBD (P – APBD) 2023 di kabupaten Sampang segera di sahkan, sehingga kegiatan droping air bersih kepada masyarakat bisa segera dilaksanakan kembali.
Merujuk pada data BPBD Jatim, Kabupaten Sampang memang termasuk satu dari 24 Kabupaten/kota yang rawan kekeringan, dan kabupaten ini menduduki urutan pertama dengan wilayah yang paling banyak terdampak kekeringan.
Selain Kabupaten Sampang, kabupaten lain yang juga masuk dalam catatan BPBD Pemprov Jatim yang rawan kekeringan ialah Kabupaten Tuban, Ngawi, Pacitan, hingga Lamongan.
Kekeringan dan krisis air bersih yang terjadi pada kemarau kali ini dampaknya lebih luas jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sebab, kala itu, jumlah desa yang terdata mengalami kekeringan di Sampang hanya tercatat 42 desa.
Selain karena faktor geografis dan ketersediaan sumber air yang minim. Upaya penanggulangan kekeringan dan krisis air bersih di Sampang belum berjalan maksimal lantaran pembangunan SPAM dan embung air yang digagas pemerintah setempat belum merata ke semua desa.(*)
Pewarta: Syamsul
Editor : Hasbullah