SURABAYA, KORAN TIMES-Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mendapat sorotan tajam dari kalangan aktivis muda di Surabaya. Konsep besar yang ia usung bertajuk “Jatim Gerbang Baru Nusantara” dinilai tidak jelas arahnya, bahkan hanya mengikuti program Presiden Joko Widodo terkait pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Aktivis dan tokoh pemuda Surabaya, Aqyas Sholeh, menegaskan bahwa visi besar daerah seharusnya lahir dari kebutuhan rakyat Jawa Timur, bukan semata-mata karena mengikuti kebijakan politik pusat. Ia menilai Khofifah gagal menunjukkan kemandirian dalam merumuskan arah pembangunan Jatim.

“Konsep Gerbang Baru Nusantara ini terlalu terlihat sebagai bentuk loyalitas Khofifah kepada Jokowi, bukan keberpihakan kepada kepentingan rakyat Jawa Timur” ujar Aqyas Sholeh, Jum’at (12/9/2025).

Menurutnya, selama digembar-gemborkan, program tersebut juga tidak terlihat memiliki peta jalan yang jelas. Tidak ada langkah nyata yang menunjukkan Jawa Timur sedang dipersiapkan sebagai pusat logistik dan ekonomi nasional seperti yang dijanjikan.

Ia menilai, keberanian seorang gubernur diukur dari sejauh mana mampu meletakkan pondasi pembangunan yang konsisten, bukan sekadar menempel pada program pemerintah pusat. “Kalau hanya ikut arus Jokowi, lalu apa peran kepemimpinan Khofifah bagi Jawa Timur?” kritiknya.

Aqyas juga menyinggung potensi besar Jawa Timur di sektor industri, perdagangan, hingga pelabuhan internasional. Potensi itu, menurutnya, tidak boleh dibiarkan stagnan karena visi besar yang hanya sebatas slogan tanpa implementasi nyata.

READ  PJ Bupati Pamekasan Resmi Luncurkan Program Gemapatas

“Khofifah seharusnya punya keberanian politik untuk memastikan Jatim benar-benar jadi simpul ekonomi nasional, bukan menjadikan konsep Gerbang Nusantara sekadar retorika yang pupus seiring pergantian presiden,” tambah Aqyas.

Ia mendesak Khofifah segera memberikan kejelasan terkait langkah konkret ke depan. Tanpa arah yang jelas, konsep Jatim Gerbang Bwru Nusantara hanya akan menambah daftar panjang jargon politik yang gagal diwujudkan.