SURABAYA, KORAN TIMES,Forum Mahasiswa PTKI/PTKIN se Nusantara sukses menggelar deklarasi Pemilu Damai Tahun 2024 di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dengan berkolaborasi bersama Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Uinsa. Rabu (29/11/2023)

Deklarasi tersebut diawali dengan rangkaian kegiatan seminar nasional yang dihadiri oleh Khoirul Umam (Akademisi Fisip Uinsa) , Fahrur Rozi (Tokoh Pemuda) dan Drs.RP Ahmad Mujahid, M.Si (Dosen pascasarjana IKHAC).

Masing-masing narasumber sama-sama menyoroti proses pemilu yang harus dikawal dengan jujur, adil, terbuka dan bebas sehingga mampu menghasilkan pemimpin yang baik. Serta indeks demokrasi yang meningkat yang akhirnya dapat menimbulkan kerukunan antar warga negara tanpa ada Batasan ras,agama, suku dan sebagainya dan semua itu hanya mampu dicapai dengan cara pemilu yang damai, tentram, dan aman.

Hisyam selaku ketua pelaksana, menjelaskan bahwa deklarasi pemilu damai ini digelar dengan maksud menghimbau dan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melaksanakan pemilu 2024 yang damai dan sejuk untuk mewujudkan demokrasi yang bermartabat.

“Mengajak seluruh elemen masyarakat mentaati dan mematuhi segala bentuk peraturan serta ketentuan yang berlaku. Juga menyelesaikan permasalahan pemilu 2024 atau eskalasi politik sesuai dengan koridor hukum,”ungkap Hisyam.

Hisyam, formatur dari Forum Mahasiswa PTKI/PTKIN se-Nusantara tersebut menjelaskan bahwa eskalasi politik penting untuk dikawal, mengingat akan berimplikasi panjang hingga pentas politik selanjutnya. Eskalasi politik bisa saja terjadi sebelum pelaksanaan pemungutan suara atau bahkan pasca pemungutan suara.

READ  Pasangan Calon RB Fattah Jasin-Mujahid Ansori Resmi Mendaftar ke KPU Pamekasan

“Artinya, ketika hari ini narasi politik damai disebarluaskan, besar harapan akan memantik masyarakat umum untuk turut andil menjaga stabilitas dan netralitas kontestasi politik,”tegas Hisyam.

Melalui deklarasi pemilu damai ini, lanjut Hisyam, maka mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam Forum Mahasiswa PTKI/PTKIN se-Nusantara turut andil mengawal narasi tersebut.

“Kita berusaha untuk menghimbau dan mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk dapat menjaga dan menolak segala upaya yang dapat menimbulkan perpecahan. Tidak lupa, kita juga mengajak untuk menjaga diri masing-masing untuk tidak mudah terprovokasi, saling hasut, dan menebar ujaran kebencian,” ujar Hisyam.

Sementara Drs. H. RP. Ahmad Mujahid Ansori, selaku pemateri memandang bahwa pemilu yang damai sangat penting diwujudkan karena pada prinsipnya dapat menciptakan lingkungan yang kondusif.

“Bagi partisipan pemilu yang pada hal ini adalah Masyarakat Indonesia yang memiliki hak pilih harus menciptakan ketenangan yang mendukung adanya dialog secara terbuka, pemilihan yang adil, dan keputusan akhir yang dapat diterima oleh Masyarakat,”tegas Drs. H. RP. Ahmad Mujahid Ansori.

Selain itu, lanjut Drs. H. RP. Ahmad Mujahid Ansori bahwa pemilu damai dapat menghindari potensi konflik dan memperkuat dasar demokrasi.

Selanjutnya,ia menjelaskan bahwa pemilu seharusnya menjadi pesta demokrasi yang menghadirkan harapan ditengah kerumitan bangsa apalagi ditengah percepatan informasi yang sangat memungkinkan memecah bela kehangatan warga negara.

“Hari ini kita dengan sadar mengkampanyekan pemilu damai ini sebagai langkah konkrit untuk untuk mengawal jalannya pemilu yang jurdil, dan mampu dinikmati oleh seluruh kalangan Masyarakat Indonesia,”kata Drs. H. RP. Ahmad Mujahid Ansori.

READ  Gelar Safari Politik, Kak Achmadi Tampung Aspirasi Kelangkaan Pupuk dan Lapangan Pekerjaan

Sedangkan menurut Yono selaku wakil presma Uinsa, menjelaskan bahwa pemilu damai menjadi komitmen kita untuk memastikan jalannya proses pemilu 2024 nanti berjalan dengan nuansa kerukunan, keharmonisan dan yang paling penting berakhir dengan damai.

Pria yang akrab dipanggil cak Yon itu juga memotret pemilu 2019 sebagai contoh Sejarah pemilu yang justru memecah belah Masyarakat bahkan terjadi permusuhan tidak hanya di kalangan elit politik namun sampai kepada akar rumput.

“Tentunya kita tidak ingin apa yang terjadi pada pemilu 2019 misalnya terulang lagi di pemilu mendatang,”jelas Yono.

Menurut Yono, sudah bukan rahasia lagi jika pemilu 2019 kemarin menjadi contoh yang baik betapa pesta demokrasi justru menghasilkan polarisasi Masyarakat tidak hanya terjadi selama proses pemilu bahkan masih bertahan pasca pemilu.

“Hal ini tentunya menjadi realita yang berbahaya apabila kita diam khususnya mahasiswa melihat fenomena tersebut,” Jelas Yono.

Pewarta: Kholik
Editor : Hasbullah

Print Friendly, PDF & Email